Deteksi Miskonsepsi dengan CRI (Certainty of Response Index)
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/pfisika/thumbnail/47bf3902-af8c-4339-93fd-1ed0c9b86f5f.jpg)
CRI (Certainty of Response Index) adalah metode yang digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi dalam pembelajaran. Pendekatan ini mengukur tingkat kepercayaan siswa terhadap jawaban yang mereka berikan, selain mengevaluasi jawaban itu sendiri.
Miskonsepsi
adalah pemahaman atau konsep yang keliru tentang suatu topik, yang berbeda dari
konsep yang diterima secara ilmiah atau akademik. Miskonsepsi sering terjadi
karena pengaruh pengalaman sebelumnya, informasi yang tidak lengkap, atau
kesalahan dalam proses belajar. Ciri-ciri miskonsepsi dapat dilihat dari
beberapa aspek penting. Pertama, miskonsepsi berbeda dari konsep ilmiah yang
benar, di mana pandangan atau penjelasan yang keliru tetap tampak logis menurut
individu meskipun tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah yang diterima. Kedua,
miskonsepsi bersifat konsisten, artinya siswa cenderung mempertahankan
pandangan salah tersebut meskipun telah diberikan bukti yang benar atau
penjelasan yang lebih tepat. Ketiga, miskonsepsi sulit diubah, karena sering
kali membutuhkan pendekatan yang lebih spesifik dan mendalam untuk dapat
diperbaiki. Hal ini menunjukkan bahwa mengatasi miskonsepsi memerlukan strategi
yang terencana dengan baik agar pemahaman yang benar dapat terbentuk.. Dalam
sains, ada pemahaman salah bahwa awan tetap mengapung karena angin, meskipun
sebenarnya awan mengapung karena kerapatannya lebih rendah daripada udara di
sekitarnya. Miskonsepsi seperti ini tidak hanya terjadi di sains, tetapi juga
dalam bidang lain seperti matematika, geografi dan sejarah.
Penyebab miskonsepsi dapat berasal dari
berbagai faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa. Salah satunya adalah pengalaman
pribadi, di mana siswa membangun pemahaman berdasarkan pengalaman mereka
sendiri yang tidak selalu akurat atau sesuai dengan konsep ilmiah yang benar.
Selain itu, penyampaian informasi yang tidak akurat, baik oleh guru atau
materi pembelajaran yang salah, dapat menyebabkan pemahaman yang keliru. Bahasa
yang ambigu juga sering menjadi sumber miskonsepsi, karena kata-kata atau
istilah yang digunakan dalam penjelasan dapat menimbulkan kebingungan di
kalangan siswa. Selain itu, pengaruh budaya atau kepercayaan tertentu
yang dimiliki siswa juga dapat menciptakan pandangan yang tidak ilmiah, karena
nilai-nilai sosial yang dipegang dapat berseberangan dengan fakta ilmiah.
Terakhir, media, baik melalui buku, film, maupun media sosial, dapat
menyebarkan informasi yang keliru, yang berkontribusi pada terbentuknya
miskonsepsi dalam pikiran siswa. Untuk mengatasi miskonsepsi, langkah awal
adalah mendiagnosisnya dengan menggunakan alat seperti tes diagnostik atau Certainty
of Response Index (CRI).
CRI (Certainty of Response Index)
adalah metode yang digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi dalam pembelajaran.
Pendekatan ini mengukur tingkat kepercayaan siswa terhadap jawaban yang mereka
berikan, selain mengevaluasi jawaban itu sendiri. CRI efektif digunakan untuk
mengidentifikasi apakah siswa benar-benar memahami suatu konsep atau sekadar
menebak
Cara
Kerja CRI
- Tes
Konsep: Siswa diberikan soal yang menguji pemahaman konsep. Pada setiap
soal, siswa tidak hanya memberikan jawaban, tetapi juga menilai seberapa
yakin mereka terhadap jawabannya.
- Skala
Keyakinan: Skala biasanya berkisar antara 0-5, dengan penjelasan sebagai
berikut: 0: Tidak yakin sama sekali (menebak), 5: Sangat yakin (pasti
benar).
- Analisis
Jawaban dan Keyakinan: Jawaban benar dengan keyakinan tinggi menunjukkan
pemahaman. Jawaban salah dengan keyakinan tinggi menunjukkan miskonsepsi. Jawaban
salah dengan keyakinan rendah menunjukkan siswa mungkin menebak.
Contoh
penggunaan CRI:
Jika
dua benda bermassa berbeda (misalnya bola besi dan bulu) dijatuhkan dari
ketinggian yang sama di ruang hampa udara, mana yang akan menyentuh tanah lebih
dulu?
1.
Bola besi
2.
Bulu
3.
Keduanya bersamaan
4.
Tidak dapat diprediksi
Apakah
anda yakin dengan jawaban anda?
1. Sangat
tidak yakin
2. Tidak
yakin
3. Agak
yakin
4. Yakin
5. Sangat
yakin
Pembacaan Certainty of Response Index
(CRI) untuk soal ini dapat dilakukan dengan meminta siswa untuk memilih jawaban
dan kemudian mengukur tingkat keyakinan mereka terhadap pilihan tersebut. Soal
yang diberikan adalah: Jika dua benda bermassa berbeda (misalnya bola besi
dan bulu) dijatuhkan dari ketinggian yang sama di ruang hampa udara, mana yang
akan menyentuh tanah lebih dulu? Pilihan jawabannya adalah bola besi, bulu,
keduanya bersamaan, atau tidak dapat diprediksi. Jawaban yang benar adalah keduanya
bersamaan, karena di ruang hampa udara tidak ada hambatan udara, sehingga
kedua benda akan jatuh dengan percepatan yang sama hanya dipengaruhi oleh
gravitasi. CRI kemudian digunakan untuk mengukur tingkat keyakinan siswa
terhadap jawabannya, misalnya dengan skala 1 sampai 5, di mana 1 berarti sangat
tidak yakin dan 5 berarti sangat yakin. Jika siswa memilih jawaban yang benar,
"keduanya bersamaan", dan menunjukkan tingkat keyakinan tinggi, ini
menunjukkan pemahaman yang benar. Namun, jika siswa memilih "bola
besi" atau "bulu" dengan keyakinan tinggi, ini menunjukkan
adanya miskonsepsi, seperti anggapan bahwa massa mempengaruhi kecepatan jatuh.
Dengan pembacaan CRI, guru dapat mengidentifikasi miskonsepsi ini dan merancang
intervensi yang tepat untuk membantu siswa memperbaiki pemahamannya.
Manfaat Certainty of Response Index (CRI)
sangat penting dalam proses pembelajaran. Dengan CRI, guru dapat melakukan identifikasi
spesifik terhadap konsep-konsep yang sering disalahpahami oleh siswa,
sehingga pemahaman yang salah dapat diketahui dengan lebih jelas. Selanjutnya,
CRI memungkinkan intervensi tepat karena guru dapat merancang
strategi pembelajaran yang lebih efektif untuk memperbaiki miskonsepsi yang
ada. Selain itu, CRI juga berperan dalam pengembangan kritis
siswa, karena dengan mengukur tingkat keyakinan mereka terhadap pemahaman yang
dimiliki, siswa didorong untuk merefleksikan dan menilai kembali keyakinan
mereka, sehingga pemahaman mereka menjadi lebih mendalam dan akurat.
Setelah dilakukan langkah awal
mendiagnosis dengan Certainty of Response Index (CRI), guru dapat menggunakan
diskusi, eksperimen, atau media visual untuk membantu siswa merefleksikan dan
membuktikan kesalahan konsep mereka. Pembelajaran berbasis konsep juga penting
untuk memastikan pemahaman yang mendalam terhadap materi sebelum melanjutkan ke
topik yang lebih kompleks. Dengan pendekatan yang tepat, miskonsepsi dapat
diatasi, sehingga siswa memiliki pemahaman yang lebih akurat dan benar.
Referensi
Hasan,
S., Bagayoko, D., & Kelley, E. L. (1999). Misconceptions and the
Certainty of Response Index (CRI). Physics Education.DOI:
10.1088/0031-9120/34/5/304
Caleon,
I., & Subramaniam, R. (2010). Development and application of a
three-tier diagnostic test to assess secondary students' understanding of waves.
International Journal of Science Education
Treagust, D. F. (1988). Development and Use of Diagnostic Tests to Evaluate Students' Misconceptions in Science.